Pada tanggal 19 Februari 2025, siswa kelas 10 SMAN 6 Yogyakarta melakukan kunjungan ilmiah ke Museum Purba Sangiran sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran lapangan. Kunjungan ini bukan hanya sekadar perjalanan ke tempat bersejarah, tetapi juga merupakan hasil kolaborasi 10 mata pelajaran yang ada di kelas 10 fase E. Kegiatan ini mengintegrasikan berbagai bidang ilmu, mulai dari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), hingga Bahasa, memberikan pengalaman belajar yang lebih menyeluruh dan mendalam bagi para siswa.
Museum Purba Sangiran, yang terletak di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, dikenal sebagai salah satu situs penting dalam dunia paleontologi, khususnya terkait penemuan fosil manusia purba. Dengan mengunjungi museum ini, siswa diajak untuk lebih memahami sejarah kehidupan manusia purba, evolusi, dan perkembangan budaya serta alam yang melingkupinya.
Kegiatan ini melibatkan kolaborasi antara beberapa mata pelajaran yang diajarkan di kelas 10, yakni Geografi, Sosiologi, Ekonomi, dan Sejarah (dalam ranah IPS), Biologi, Kimia, dan Fisika (dalam ranah IPA), serta Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Bahasa Jawa. Dengan pendekatan pembelajaran lintas mata pelajaran, siswa dapat melihat keterkaitan antara berbagai ilmu yang mereka pelajari di kelas dengan fenomena yang ada di museum, memperkaya pengetahuan mereka secara lebih praktis.
Misalnya, dalam bidang Geografi, siswa mempelajari tentang proses pembentukan bumi dan perubahan alam yang terkait dengan fosil yang ditemukan di situs Sangiran. Sosiologi dan Sejarah membahas perkembangan peradaban manusia purba, sedangkan Biologi menjelaskan aspek evolusi makhluk hidup. Mata pelajaran Bahasa juga turut berperan dalam mendalami literatur yang ada, baik dalam Bahasa Indonesia, Inggris, maupun Jawa, memperkaya kosakata dan pemahaman sejarah budaya di situs tersebut.
Pembelajaran di luar sekolah atau pembelajaran lapangan ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk merasakan langsung bagaimana ilmu yang mereka pelajari selama ini diterapkan dalam kehidupan nyata. Dengan berinteraksi langsung dengan objek-objek sejarah, siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan teoritis, tetapi juga keterampilan berpikir kritis dan analitis yang diperlukan untuk memahami konteks ilmiah dan sosial.
Melalui kegiatan ini, SMAN 6 Yogyakarta mengharapkan siswa tidak hanya menjadi lebih cerdas dalam teori, tetapi juga terinspirasi untuk menerapkan pengetahuan mereka dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran yang terintegrasi dengan pengalaman langsung di lapangan memungkinkan siswa untuk melihat relevansi berbagai mata pelajaran yang mereka pelajari dengan dunia nyata, memperkaya wawasan dan memperdalam pemahaman mereka terhadap ilmu pengetahuan dan budaya.