Kamis, 30 Mei 2024. Berkesempatan mengunjungi SMAN 6 Yogyakarta, Geopark Jogja mengenalkan siswa tentang makna dan pentingnya geopark. Kegiatan yang berlangsung selama dua hari, yakni 29 dan 30 Mei 2024 ini diawali dengan pemberian materi dan arahan pada hari pertama dan field trip pada hari selanjutnya. “Setelah mempelajari geopark dan geoheritage ini, siswa diharapkan dapat ikut andil dalam melestarikan keberadaan geoheritage khususnya yang ada di Jogja”, tutur Bapak C. Prasetyadi (Pusat Studi Geoheritage & Geopark UPNVY).
Hari kedua dilanjutkan menilik langsung geoheritage yang sebelumnya dipelajari secara teoritis. Gunung Gamping menjadi tujuan awal field trip, siswa mendapatkan informasi tentang historis proses geologi sekaligus historis jogja. Gunung Gamping ini menjadi satu situs yang membuktikan awal mula berdirinya Yogyakarta oleh Mangkubumi atau Sultan Hamengkubowono I.
Tujuan selanjutnya yaitu Bukit Pandawa yang berada di Godean, siswa mengamati langsung sisa-sisa batuan dari proses aktivitas magma jutaan tahun lalu. Bukit yang membentang dari Utara ke Selatan ini juga menyuguhkan pemandangan sunset sekaligus sunrise yang indah.
Berpindah ke utara, siswa menilik Nawang Jagad di Kaliurang sebagai spot yang tepat untuk melihat gagahnya Gunung Merapi. Secara geologi, nampak punggungan merapi atau dikenal “Geger Boyo” yang merupakan sisa tubuh Gunung Merapi kuno.
Dampak letusan Gunung Merapi dapat diamati juga pada Vulkano Park yang berada di Cangkringan. Sisa-sisa bangunan yang masih berdiri disana menjadi bukti dahsyatnya erupsi Gunung Merapi yang dapat mengeluarkan batuan-batuan besar.
Perjalanan diakhiri menilik Lava Bantal di Berbah, dinamakan bantal karena struktur batuan yang menyerupai tumpukan bantal. Lava bantal merupakan hasil pembekuan dari lelehan magma yang keluar di dalam air, sekaligus menjadi bukti bahwa Yogyakarta dahulu kala merupakan laut dangkal.